Event balap motor terbesar di dunia, MotoGP,
sudah mulai memasuki babak yang paling menentukan. Dengan menyisakan 5 seri balapan
(GP Aragon, GP Jepang, GP Australia, GP Malaysia, dan GP Valencia), praktis
sudah mulai bisa dilihat siapakah yang memiliki peluang untuk menjadi juara
dunia 2016.
Valentino Rossi yang berada di peringkat dua,
juga memiliki kans untuk meraih gelar juara dunia ke-sepuluhnya. Meskipun tertinggal
cukup jauh dari perolehan poin Marquez, namun banyak hal yang bisa terjadi
dalam 5 seri terakhir ini, karena musim balap 2016 terbukti berlangsung penuh kejutan.
Bisa saja dalam
sisa seri akan terjadi kejutan yang lebih besar lagi. Setelah gagal menjadi
juara musim lalu dengan selisih poin yang sangat tipis dari Jorge Lorenzo, dimusim
ini pembalap dengan nickname VR46 bangkit
dengan konsistensi tinggi. Sangat disayangkan Rossi mengalami 3 kali DNF, yakni terjatuh di
GP Amerika, mengalami kerusakan mesin di GP Italia, dan terjatuh pada Race
basah di sirkuit Assen Belanda. Selisih 43 poin dari Marquez memang cukup
besar, namun siapa tahu kejadian musim lalu terulang, dimana terjadi perubahan
posisi klasemen pada seri terakhir di GP Valencia.
Kita juga tidak bisa melupakan pembalap diposisi
ketiga klasemen, yakni Jorge Lorenzo. Pembalap yang tahun depan hijrah ke
Ducati ini mengumpulkan poin 162. Tertinggal 61 poin dari Marq Marquez dan 18
poin dari Valentino Rossi. Peluang yang ada sangat tipis, kalau tidak bisa dibilang mustahil. Namun tetap menarik untuk melihat bagaimana
Lorenzo mencoba bersaing dengan 2 pembalap teratas tersebut setelah mengalami
musim terakhir yang sangat buruk bersama Yamaha. Tahun ini seringkali JL99
berkutat dengan susahnya menemukan setting
motor yang pas untuk balapan. Walaupun jika berhasil menemukan setting yang
tepat, pembalap yang lekat dengan logo PorFuera
ini tetap mampu melesat jauh dari pembalap-pembalap lainnya.
Siapapun juaranya, MotoGP 2016 telah menyuguhkan tontonan
yang luar biasa bagi para pecinta balap. Perubahan-perubahan revolusioner yang
terjadi musim ini terbukti menghadirkan kembali persaingan ketat yang sudah
lama hilang dalam event adu balap terbesar di planet ini. Penyeragaman ECU (Electronic Control Unit) yang disponsori
oleh Magnetti Marelli berhasil
memperkecil gap antara pembalap
pabrikan dan pembalap non pabrikan. Hal ini bisa terlihat dari betapa kompetitifnya
tim non pabrikan sampai berhasil mengantarkan dua nama menjadi juara seri,
yakni Jack Miller dan Cal Crutchlow. Begitu pula perubahan supplier ban dari Bridgestone menjadi pabrikan asal perancis
Michelin. Karakter ban yang tidak bisa ditebak acapkali memberikan suguhan menarik
dalam tiap seri yang ada, termasuk rontoknya beberapa pembalap unggulan dalam
beberapa seri balapan akibat kesalahan dalam memprediksi perubahan karakteristik
ban sepanjang balapan. Fakta munculnya 8 pembalap berbeda dalam 13 seri balapan
yang telah berlangsung memberi bukti ketatnya kompetisi tahun ini. Jadi siapapun
pemenangnya, layak kita sambut layaknya Raja dari para Raja.
Penulis : Malik Firdausi
25 September 2016
1 komentar:
MM93, this year is yours
Post a Comment